Menjelang shalat Subuh, Khalifah Umar bin Khathab biasa keliling kota membangun kaum muslim. Sebelum memimpin shalat, Umar mengatur barisan-barisan shalat. Ketika itulah tragedy-besar dalam sejarah terjadi. Saat Khalifah mengucapkan takbiratul ihram, tiba-tiba seseorang lelaki bernama Abu Lu’luah menusukkan Sembilan pisau di bahu, pinggang, dan bawah pusar beliau. Darah pun menyembur. Namun, Singa Padang Pasir ini tidak bergeming dari kekhusyukannya, adahal waktu shalat masih dapat ditangguhkan beberapa saat sebelum terbitnya matahari. Sekuat apa pun Umar, akhirnya ambruk juga. Walau demikian, ia masih sempat memerintahkan Abdurrahman bin ‘Auf untuk menggantikannya sebagai Imam.
Beberapa saat setelah ditikam, kesadaran dan ketidaksadaran silih berganti mendatangi Umar. Para sahabat yang mengelilinginya mencemaskan keselamatannya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Kalau beliau masih hidup, tidak ada yang bias menyadarkannya selain kata-kata shalat.”
Lalu yang hadir serentak berkata, “Shalat, wahai Amirul mukminin. Shalat hamper dilaksanakan.”
Beliau langsung sadar, “Shalat? Kalau begitu demikian disanalah Allah. Tidak keberuntungan dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat.”
Lalu, beliau melaksanakan shalat dengan darah bercucuran.